Jumat, 11 Juni 2010

Knowledge Management dalam Lingkungan Bergejolak

(Vibiznews – Leadership) – Knowledge Management merupakan wacana yang hangat di dunia manajemen. Hal ini disebabkan karena knowledge diyakini sebagai asset yang penting dalam menjalankan organisasi.

Artikel ini akan membahas dua hierarki knowledge management, yaitu top down dan bottom up yang diungkapkan oleh David Bray dalam makalahnya ‘“Exploration and Exploitation: Managing Knowledge in Turbulent Environments’. Makalah ini menjelaskan mengenai pendekatan yang paling tepat dalam mengelola organisasi dalam lingkungan yang sedang bergejolak.

Penelitian yang dilakukan oleh Bray menemukan bahwa hierarki top-down yang berfokus pada komando dan control tidaklah efektif dalam mengelola knowledge dalam lingkungan yang bergejolak karena hal tersebut mengurangi kemampuan hierarki organisasi dalam menjaga akurasi dengan lingkungan di luar.

Menurut Bray, hierarki top down dapat membatasi komunikasi yang terjadi dalam organisasi dan menghambat insight yang perlu untuk diketahui. Ia mencontohkan, misalnya seseorang di divisi A organisasi mempunyai informasi yang relevan bagi koleganya di divisi B. Namun informasi tersebut harus pergi melalui hierarki di atas dahulu, baru kemudian ke bawah. Jika hierarki top-down maka ada kemungkinan dimana insight penting hilang di jajaran atas hierarki. Ia berujar, bagi organisasi yang ingin melakukan penyesuaian terhadap realitas di luar, maka hierarki top down tidak tepat.

Sementara itu, pada hierarki bottom up dimana knowledge dan informasi disebarkan diantara para pakar di perusahaan, maka ini bisa jadi sangat efektif. Manajer sangat berperan penting pada proses ini karena mereka harus bisa mengulik insight dari para expert dan menyebarkan knowledge ke seluruh penjuru organisasi.

Bray mencontohkan salah satu aplikasi dari pendekatan bottom up yaitu pada perusahaan yang berbasis di Boston dan mengoperasikan komunitas web bagi para dokter dari rumah sakit di seluruh penjuru AS. Dalam komunitas tersebut, para dokter saling berbagi knowledge dan memberikan rating terhadap manfaat informasi yang diberikan. Sermo merupakan contoh baik dimana terjadinya pendekatan bottom up dalam sebuah organisasi informal dimana manajer mau mendengarkan insight dari ahli lainnya, yang kemudian insight ini menyebar ke atas struktur organisasi dan merupakan knowledge yang bisa dibagikan.

Bray lemudian menyimpulkan bahwa manajer harus lebih mempelajari bagaimana mengulik knowledge (pengetahuan) dan insight dari karyawan mereka, daripada mengelola dengan pendekatan top down melalui komando dan control.

Sebagai manajer, maka seseorang harus bisa mengulik knowledge dan informasi dari orang-orang yang bekerja sama dengannya, kemudian memberi reward terhadap insight yang bagus dan menyebarkannya. Bray mengungkapkan sebagai manajer tentunya Anda ingin orang-orang di dalamnya adalah yang terbaik dan paling cemerlang. Oleh karena itu, bagi orang yang memberikan insight yang bagus, pantas mendapatkan reward. (RP)
sumber : http://managementfile.com/column.php?sub=240&id=549&page=str_mgt

1 komentar:

  1. Perubahan dunia mengarah ke fenomena bahwa sumber ekonomi bukan lagi dalam bentuk money capital atau sumber daya alam, tapi ke arah knowledge capital. Karena knowledge memegang peranan penting, karena itu harus kita kelola.
    Siapa sebenarnya yang berkewajiban mengelola pengetahuan itu, individunya atau organisasinya? Sebenarnya setiap orang harus mengelola pengetahuan mereka sendiri, karena yang paling berkepentingan mendapatkan manfaat dari pengelolaan pengetahuan itu adalah individu.

    BalasHapus

Pengikut

Blogger templates